Senin, 06 Juni 2016

Tuhan.. Tuhaaann.. Apa lagi yang harus kulakukan. Aku terlalu letih untuk mengerti perasaan orang lain sementara tak ada yang mengerti aku. Aku capek menjaga semua perasaan orang dan menanggung semua beban ini seorang diri. Semua orang menyalahkanku. Semua orang perasaannya harus aku jaga. Aku tak mengerti mengapa hidupku selalu penuh dengan tangis dan kesedihan. Orang-orang di sekitarku tak pernah mengerti perasaanku. Aku telah lama bersabar menunggu perubahan itu. Namun, sepertinya perubahan itu tak pernah ada. Dia berjanji akan mengerti aku, namun janji tinggallah janji. Demi dia aku berbohong pada kedua orangtuaku, hal yang sangat jarang kulakukan. Demi dia aku selalu dimarahi mamaku. Demi dia letih ini tak pernah terucap. Demi dia bosanku dan hobbyku semuanya kulupakan. Demi dia aku meninggalkan segala keglamoran hidupku. Demi dia juga aku mengalah dan mengalah. Sampai kapan aku akan terus mengalah dan mengerti dia Tuhan? Akankah seumur hidupku tangis ini akan terus tercurah. Hari ini sakit hati ini terukuir kembali Tuhan. Ketika dia tak mengindahkan ajakanku mengambil gaun yang akan kukenakan bersamanya nantinya. Gaun hijau kesukaannya yang ingin kukenakan dan kubuat cantik agar dia terpesona melihatku mengenakannya. Namun tak ada antusias di matanya. Mengapa hanya aku yang bersemangat? Demi dia kurelakan semua tabunganku membuat yang terbaik. Namun apa? Dia justru mengatakan hal yang membuatku sedih bukannya bahagia. Hari ini menangis kudalam renungku Tuhan. Mampukah aku melalui ini semua? Meratap dalam tangisku? Andai esok mata ini tak terbuka Tuhan. Karena esok akan menjadi sedihku lagi. Lebih baik aku pergi dan menghilang saja. Karena tak seorang jua akan mencariku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar