Minggu, 16 Juli 2017

Bawa aku bersamaMu Tuhan

Maaa..
Bawa aku bersamamu ma..
Aku bosan hidup seperti ini terus.
Aku bosan meneteskan air mata terus ma.
Aku bosan harus menjaga perasaan orang terus tapi tak ada yang menjaga perasaanku.
Aku lelah ma..
Aku lelah dengan semua beban hidup yang kuganggung sendiri.
Aku lelah sendirian di dunia ini.
Sejak mama meninggalkanku tak ada yang sayang tulus samaku.
Tak ada yang pedulikanku.
Tak ada yang mengerti aku ma..
Aku lelah Tuhan..
Lelah dengan semua takdir yang Kau gariskan untukku.
Jika boleh aku memohon Tuhan.
Bawa aku kepangkuanMu saja Tuhan.
Biar semua lelah dan sedih ini terhapus.
Biar aku tak merasa sendiri lagi.
Bawa aku bersamamu ma..
Peluk aku ma..
Aku butuh sandaran..
Aku butuh teman ma..
Aku sendiri di tengah keramaian ini.
Aku sesak ma..
Sesak dengan semua topeng yang kupakai.
Topeng keceriaan yang menutupi sedih dan hancurnya hatiku.
Aku tak mau lagi ma..
Hati dan pikiranku seolah sedang berdetak seperti bom waktu.
Jika sudah waktunya, aku takut jalan nekad akan kutempuh.
Karena lelahku hampir memuncak ma..
Jika sudah waktunya, aku ingin akhiri semua takdir ini ma.
Tunggu aku ma.
Tunggu aku di gerbang keabadian.

Rabu, 05 Juli 2017

Aku letih

Ya Tuhaaann..
Aku merasa sendiri menghadapi ini semua..
Seolah tak ada yang mengerti aku.
Aku capek Tuhaann..
Aku lelah..
Aku berharap ada yg bisa membantuku.
Mengapa selalu aku yang mengalami seperti ini?
Mengapa si inke selalu mendapatkan yang terbaik?
Kalau si inke aja bapak sama mamak selalu membdri yang terbaik.
Sekarang, bapak dan mamakku seolah tak mempedulikanku.
Tak ada yang mempedulikanku.
Bahkan suamiku pun tak mempedulikanku.
Seoalah2 ini tanggung jawabku.
30 hari masa cutiku hanya akan kuhabiskan mengurus anakku sendiri.
Bagaimana ASIku bisa keluar banyak kalau pikiran, hati dan perasaanku tak menentu?
Bagaimana ASIku bisa keluar kalau tak ada yang mendukungku?
Mengapa harus selalu aku yang mengalami ini semua Tuhan.
Aku lelah..
Aku capek..
Badanku seolah remuk.
Padahal dia tau aku paling ga bisa begadang.
Padahal dia tau aku orangnya bosanan kalau makan yang itu itu aja.
Sudah sering kali kuingatkan dia sebelum anaknya lahir untuk mencari pembantu, tapi selalu aja jawabannya "nanti", "nanti" dan "nanti".
Aku bosan mendengar jawaban itu.
Padahal dulu dia yang bilang kalau dimintai tolong itu lgs dikerjakan.
Aku lelah Tuhan..
Aku capeek dengan ini semua..
Tak ada seorang pun yang mempedulikanku..
Mama..
Andai mama masih ada, apakah mama akan mendukungku?
Mgknkah pagi itu mama yang mengusuk badanku? Apakah mama rasakan letihku ma? Makanya mama mengusukku?
Ma.. Aku capek hidup dengan kesedihan terus. Bolehkah aku ikut denganmu ma? Agar tak kurasakan lagi sedih ini?
Jika memang hidupku hanya bekisar kesedihan lbh baik kuakhiri saja ma. Karena aku letih tak pernah merasakan bahagia.
Sampai kapan aku akan merasakan ini ma?
Bahkan sampai hari ulang tahunmu saja terlupakan olehku hanya karena pikiran dan hatiku yang tak menentu.
Terlalu berat beban yang Kau berikan padaku Tuhan. Terlalu berat semuanya kupikul sendiri.
Tolong aku Tuhan..

Kamis, 29 Juni 2017

Terberat

Kupikir dia mencintaiku begitu besar. Nyatanya semua hanya sekadar cinta belaka yang pupus setelah dia memilikiku.
Baru terlihat ketika kami akan menyambut kelahiran buah hatiku (kusebut kukrn mgkn dia tak peduli pada anaknya).
Sebesar apa kasihnya aku tak tau. Yang kutau saat aku berjuang melahirkannya ke dunia, dia masih sempat meninggalkanku di rumah sakit. Padahal aku ungin sekali seperti tmn2ku yang suaminya dengan setia menunggui mereka melahirkan tanpa meninggalkan istrinya sedetik pun.
Kupikir dia akan mengalahkan rasa takutnya, demi menemaniku berjuang menghadapi persalinan, spt yang selalu dibicarakan teman2ku ttg suamui mereka.
Tidak, semua anganku telah pupus.
Aku seolah berjuang seorang diri menahan rasa sakit.
Dan perjuanganku menahan rasa sakit tak cukup sampai di situ.
Aku harus berjuang menahan sakit bekas operasiku yang msh belum kering dan mengurus anakku seorang diri.
Dia seolah tak peduli padaku dan anakku. Tak sekali pun dia
Yang bertanya bagaimana keadaanku? Bagaimana perasaanku? Yang dia pedulikan hanya mencari segenggam uang. Kami tak butuh uangnya. Setelah dia mencari uang dia akan mengeluh padaku. Apa hanya dia yang oleh mengeluh? Apakah aku harus menyimpan semua keluhanku?
Oh Tuhaaann.. Sanggupkah aku melalui ini semua? Baru bbrp hari berjalan sejak Kau titipkan hadiah terindahMu utkku. Tapi mampukah aku membesarkannya hanya seorang diri tanpa campur tangan papanya?
Yang aku butuhkan dia peduli, perhatian pada kami.
Apa dia tau rasa sakit yang kurasakan? Apa dia mengalami ini semua? Sampai bekas operasiku berdarah lagi pun dia tak peduli. Apakah dia berpikir aku ini robot yang mampu melakukan semuanya seorang diri?
Belum cukupkah 9 bln kurasakan kehamilan yang harus kubiasakan tanpa dia dan harus kujalankan kemandirian yang dikatakannya?
Yang kuharapkan hanyalah perhatiannya, inisiatifnya membantuku.
Tangis anaknya saja tak dapat membangunkannya. Wajah letihku tak dihiraukannya, bahkan diejeknya krn aku tak sempat berdandan untuknya. Oh Tuhan, mamukah aku melewati ini semua? Setelah semua yang telah kukorbankan untuknya? Bahkan janjinya untuk mandiri dan meninggalkan kota yang sangat kubenci ini pun belum tentu diingatnya. Padahal dulu sewaktu dia mengejarku, setiap dia ingat, bahkan hal sekecil apapun diingatnya. Sudah habiskah rasanya dulu padaku sekarang Bapa? Apakah aku tak seberharga dulu? Ataukah aku hanya obsesinya belaka yang setelah disptkannya tak begitu penting lg?
Di tengah sakitku dan capekku dia seolah tak peduli. Mgkn klo saatvitu aku berakhir di meja operasi pun dia tak akan peduli. Mengapa aku tak pernah merasakan bahagia Tuhan? Memang tak layakkah aku emperoleh bahagia utuh?
Apakah sejak dulu sudah Kau takdirkan hidupku hanya seputar kesedihan dan kesendirian?
Apakah aku yang salah melangkah? Karena bahkan dia membawaku menjauh dariMu. Dia tak pernah membawaku ke rumahMu dengan segala macam alasan? Mampukah dia menjadi kepala keluarga yg seperti kuharapkan?
Oh Tuhan, jika ini memang takdirku, aku pasrah dengan semua kesedihan yang akan kuterima ini.

Sabtu, 15 Oktober 2016

Mengapa hidupku begini2 saja Tuhan? Selalu menyedihkan.. Selalu menangis.. Tak dapatkah aku memperoleh kebahagiaan? Tak bolehkan aku mencicipi sedikit kebahagiaan itu Tuhan? Memulai hidup baru, kuberpikir akan mendapatkan kebahagiaan. Nyatanya, tangis jg yg kuterima. Sampai kapan aku harus mengerti perasaan orang lain dan tak mengiraukan perasaanku? Sampai kapan air mata ini akan menetes? Janji tinggallah janji.. Semua yang dikatakannya dulu seolah terbang terbawa angin. Oh Tuhaaann, akankah semua ini akan berakhir? Atau mati adalah kebahagiaan untukku. Jika ya, lbh baik aku kembali kepangkuanMu saja Bapa.

Senin, 06 Juni 2016

Serapi apa pun bangkai dibungkus, baunya akan tercium juga. Ya hal paling tak pernah bisa kulakukan adalah berbohong. Terutama pada bapakku. Akhirnya semuanya terbongkar, baru kali ini aku membuat bapakku malu di hadapan manusia. Semua karena kebohonganku. Karenaku di dpn teman2nya ia tak punya muka. Berutung aku punya bapak berhati malaikat yang tak pernah mempermasalahkannya. Namun hanya satu pesannya, nanti habislah kau klo mamamu tau kau bohong. Dan hal itu yang paling kutakuti. Tuhan, hanya padaMu aku berlindung. Kumohon, biarkan kali ini saja mama tak mengetahui kebohongan ini. Semua demi kebaikan. Kumohon padaMu Bapa, biarlah hanya aku yang menanggung semua ini.
Ooohh Tuhaaann.. Lama-lama aku benar-benar bisa gila. Kenapa setiap kali aku tinggal di kota ini aku tak pernah bisa merasakan kenyamanan dan ketenangan. Di rumah aku selalu dimarahi, disalahi dan diomeli. Di luar aku tak punya teman yang dapat berbagi suka dan dukaku. Di sisi lain, orang yang kuanggap adalah sandaranku juga mengecewakanku. Apa yang harus kulakukan Tuhan. Semua terasa sesak di dada. Aku tak punya sandaran untuk berbagi. Aku tak punya orang yang dapat mengerti aku di tempat ini. Apakah berlari dari tempat ini akan menyelesaikan masalahku Tuhan? Apakah aku mampu melewati ini Tuhan. Mama bawa aku bersamamu. Aku merindukanmu. Peluk aku dari jauh ma. Agar aku mendapatkan ketenangan ini. Agar semua beban ini hilang dan lenyap Tuhan. Ya Tuhan apa yang harus aku lakukan?
Tuhan.. Tuhaaann.. Apa lagi yang harus kulakukan. Aku terlalu letih untuk mengerti perasaan orang lain sementara tak ada yang mengerti aku. Aku capek menjaga semua perasaan orang dan menanggung semua beban ini seorang diri. Semua orang menyalahkanku. Semua orang perasaannya harus aku jaga. Aku tak mengerti mengapa hidupku selalu penuh dengan tangis dan kesedihan. Orang-orang di sekitarku tak pernah mengerti perasaanku. Aku telah lama bersabar menunggu perubahan itu. Namun, sepertinya perubahan itu tak pernah ada. Dia berjanji akan mengerti aku, namun janji tinggallah janji. Demi dia aku berbohong pada kedua orangtuaku, hal yang sangat jarang kulakukan. Demi dia aku selalu dimarahi mamaku. Demi dia letih ini tak pernah terucap. Demi dia bosanku dan hobbyku semuanya kulupakan. Demi dia aku meninggalkan segala keglamoran hidupku. Demi dia juga aku mengalah dan mengalah. Sampai kapan aku akan terus mengalah dan mengerti dia Tuhan? Akankah seumur hidupku tangis ini akan terus tercurah. Hari ini sakit hati ini terukuir kembali Tuhan. Ketika dia tak mengindahkan ajakanku mengambil gaun yang akan kukenakan bersamanya nantinya. Gaun hijau kesukaannya yang ingin kukenakan dan kubuat cantik agar dia terpesona melihatku mengenakannya. Namun tak ada antusias di matanya. Mengapa hanya aku yang bersemangat? Demi dia kurelakan semua tabunganku membuat yang terbaik. Namun apa? Dia justru mengatakan hal yang membuatku sedih bukannya bahagia. Hari ini menangis kudalam renungku Tuhan. Mampukah aku melalui ini semua? Meratap dalam tangisku? Andai esok mata ini tak terbuka Tuhan. Karena esok akan menjadi sedihku lagi. Lebih baik aku pergi dan menghilang saja. Karena tak seorang jua akan mencariku.